Langsung ke konten utama

Makna dan Hikmah Halal Bi Halal


Dengan adanya pandemi Covid-19 saat  ini pada hari Rabu, 3 Juni 2020 pukul 09.00 seluruh civitas Stikes Notokusumo Yogyakarta mengadakan syawalah online melalui aplikasi google meet dengan pembicara Bapak H. Yusuf Abdul Hasan. Kal ini ini beliau membahas mengenai “Makna dan Hikmah Halal Bi Halal”. Dalam penjelasannya disampaikan bahwai stilah Halal bi Halal ini berasal dari bahasa Arab yang berarti “Halal dengan yang halal” atau “sama-sama saling menghalalkan” atau kadang pula diartikan dengan “saling maaf memaafkan/saling menghalalkan dosa masing-masing” namun terdapat kerancuan pemahaman di kalangan orang Arab itu sendiri (ashab al-lughah) terhadap penggunaan dan maksud dari istilah ini. Pada perkembangannya halal bi halal menjadi etika keagamaan yang melahirkan kerukunan masyarakat dalam mewujudkan stabilitas bersosial. Hikmah yang dapat kita ambil antara lain; membersihkan diri dari segala bentuk kesalahan, memupuk kepedulian dan kebersamaan, membersihkan hati dari rasa benci kepada sesama. Tidak lain juga dijelaskan bahwa sekali kita membuat kesalahan maka akan meninggalkan satu titik hitam dihati namun ketika kita berbuat kebaikan maka akan menghapus titik hitam tersebut. Jadi jangan ragu untuk saling memafkan. Empat poin penting yang disampaikan kali ini adalah;  1) Hati yang tergembok, jika hati sudah tergembok rapat-rapat, ketika diberikan ilmu ia tidak akan masuk; 2) Hati yang terpenjara, setiap kali kita melakukan kesalhan dan tidak buru-buru memperbaiki lama-kelamaan akan menjadi jerui besi dan tidak dapat keluar darinya. Jangan sampai kita terjebak dalam kesalahan sendiri; 3) Hati yang berkarat; 4) Hati yang telah dirampas oleh kesalahan, ketika kita tidak sadar kalau diri kita salah, tidak sadar untuk meminta maaf dan tidak berusahan memperbaiki diri sendiri maka banyak orang yang bangga dengan kesalahan yang telah dilakukan. Suatu ketika Rasulullah SAW diminta oleh sahabatnya agar meminta kepada Allah SWT untuk mengutuk orang-orang musyrik. Dan beliau menjawab : "Aku diutus menjadi rasul bukan untuk menjadi orang yang laknat sekalipun bagi orangorang musyrik. Aku diutus menjadi rasul agar menjadi rahmat dan memberi kasih sayang untuk manusia". Dalam QS. Al-Maidah ayat 32 yang intinya barang siapa yang telah membunuh satu nyawa setara nilainya dengan membunuh semua nyawa akan tetapi barang siapa yang memelihara satu nyawa pada hakekatnya dia menghormati/menyelamatkan semua nyawa. Jadi mari kita saling memafkan dan saling mengikhlaskan kesalahan masing-masing serta mari kita teladani dan kita terapkan sifat-sifat Rasulullah SAW. Wallahu a’lam bish-shawabi. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MODEL DOKUMENTASI KEPERAWATAN