Disusun untuk Memenuhi Tugas Dokumentasi Keperawatan
Dosen
Mata Ajar : Prima Daniyati K, S.Kep, Ns., M.Kep
KELAS 2D
Oleh :
Nurjanah Fitriana
2920183405
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN
NOTOKUSUMO YOGYAKARTA
2019/2020
A.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang
dimaksud dokumentasi keperawatan?
2. Sebutkan
macam-macam model dokumentasi keperawatan dan jelaskan keuntungan serta
kerugiannya masing-masing!
3. Sebutkan dan
jelaskan teknik pencatatan dokumentasi keperawatan!
4. Apakah yang dimaksud
dengan standar dokumentasi keperawatan?
5. Sebutkan standar
dokumentasi keperawatan di Indonesia!
B.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Dokumentasi Keperawatan
Menurut Potter
dan Perry (2002) Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis
atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu
yang berwenang. Menurut Nursalam (2002) Dokumentasi merupakan bagian integral
proses keperawatan, bukan sesuatu yang berbeda dari metode problem solving.
Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi terhadap klien.
Menurut Ali
(2010) Suatu dokumen atau catatan yang berisi data tentang pasien yang dilihat
tidak saja dari tingkat kesakitan, akan tetapi juga dilihat dari jenis,
kualitas, dan kuantitas dari layanan yang telah diberikan perawat dalam
memenuhi kebutuhan pasien. (Olfah, 2016)
2. Model Dokumentasi Keperawatan
a. SOR (Source Oriented Record)
Model ini berorientasi pada sumber informasi dimana tim
kesehatan membuat catatan sendiri dari hasil observasi baru kemudian digabung
menjadi satu, dan aktivitas profesional tidak tergantung im kesehatan lain.
Keuntungan :
1. Data disajikan berurutan dan mudah diidentifikasi.
2. Memudahkan perawat untuk melakukan akses secara mandiri
informasi kesehatan pasien yang telah dicatat.
3. Format dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah,
kejadian, perubahan, intervensi, dan respon klien atau asil.
Kerugian :
1. Risiko data yang terfragmentasi karena dicatat tidak
berdasarkan urutan waktu.
2. Data yang terdokumentasi kadang lebih sulit mencari data
sebelumnya, tanpa harus mengulang dari awal.
3. Dokumentasi bersifat superficial tanpa data yang jelas.
4. Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk
menentukan masalah dan tindakan kepada klien.
5. Pelaksanaan asuhan keperaatan memerlukan waktu lebih
lama.
6. Perkembangan status kesehatan klien sulit dimonitor.
b. POR (Problem Oriented Record)
Model ini berorientasi pada klien yang digunakan multidisiplin
tenaga kesehatan dengan pendekatan masalah. Antar tim kesehasan saling
berkomunikasi dengan baik untuk memberikan pelayanan pada klien. Terpusat pada
masalah untuk apa asuhan kesehatan klien itu diberikan.
Keuntungan :
1.
Data yang perlu diintervensi
dijabarkan dalam rencana tindakan keperawatan.
2.
Kesinambungan
pelaksanaan asuhan keperawatann terdokumentasi dengan baik.
3.
Hasil evaluasi dan
penyelesaian masalah disusun secara jelas.
4.
Fokus catatn asuhan
keperawatan lebih menekankan pada masalah klien dan proses penyelesaian masalah
daripada tugas dokumentasi.
5. Daftar masalah merupakan “checklist” untuk diagnosa keperawatan dan masalah klien.
Kerugian :
1.
Dapat menimbulkan
kebingungan karena setiap informasi yang masuk dicatat pada daftar masalah.
2.
Penekanan hanya
berdasarkan masalah yang dikeluhkan klien, sedangkan kondisi tentang penyakit
dan ketidakmampuan tidak tergali dengan baik sehingga mengakibatkan pada
pendekatan pengobatan yang menjadi negatif.
3.
Kemungkinan muncul
kesulitan bilamana daftar masalah belum dilakukan tindakan atau timbulnya
masalah yang baru dikeluhkan oleh klien.
4.
SOAPIER dapat
menimbulkan pengulangan yang tidak perlu, jika sering adanya target evaluasi
dan tujuan perkembangan klien sangat lambat.
5.
Perawatan yang
rutin mungkin diabaikan dalam pencatatan jika flowsheet untuk pencatatan tidak
tersedia.
6.
P (dalam SOAP)
mungkin terjadi duplikasi dengan rencana tindakan keperawatan.
c. CBE (Charting By Exeption)
Model
ini mencatat secara naratif hasil pengkajian yang menyimpang dari data normal
atau standar yang ada. Penekanannya pada data yang penting.
Keuntungan :
1.
Tersusunya standar
minimal untuk pengkajian dan intervensi.
2.
Data yang tidak
normal namak jelas, sehingga mudah ditandai dan dipahami.
3.
Data normal atau
respon yang diharapkan tidak mengganggu informasi lain.
4.
Pencatatan lebih
fokus dan duplikasi dapat dihindari.
5.
Data klien dapar
dicatat pada format klien secepatnya.
6.
Informasi terbaru
dapat diletakkan pada tempat tidur klien.
7.
Jumlah halaman
lebih sedikit digunakan dalam dokumentasi.
8.
Rencana tindakan
keperawatan disimpan sebagai catatan yang permanen.
Kerugian :
1.
Dokumentasi sangat
tergantung pada “checklist”
2.
Kemungkinan ada
pencatatan yang masih kosong atau tidak ada.
3.
Hasil pengamatan
rutin sering diabaikan.
4.
Adanya pencatatan
kejadian yang tidak semuanya didokumentasikan.
5.
Tidak mengakomodasi
pencatatn disiplin ilmu lain.
6.
Dokumentasi proses
keperawatan tidak selalu berhubungan dengan adanya suatu kejadian.
d. PIE
(Problem Intervension and Evaluation)
Model
ini menggunakan pendekatan orientasi proses dokumentasii dengan penekanan pada
proses keperawatan dan diagnosa keperawatan.
Keuntungan :
1.
Memungkinkan
penggunaan proses keperawatan.
2.
Rencana tindakan
dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.
3.
Memungkinkan
pemberian asuhan keperawatan yang kontinyu karena secara jelas mengidenfitikasi
masalah klien dan intervensi keperawatan.
4.
Perkembangan klien,
mulai dari masuk sampai pulang dapat dengan mudah digambarkan.
Kerugian :
1.
Tidak dapat
dipergunakan untuk pencatatan pada semua ilmu.
2.
Pembatasan rencana
tindakan yang tidak apliatif untuk beberapa situasi keperawatan.
f. FOCUS
(Proses Oriented System)
Model
ini menggambarkan suatu proses pencatatan yan memfokuskan pada keluhan klien.
Dokumentasi ini digunakan untuk mengorganisir dokumentasi asuhan keperawatan.
Keuntungan :
1.
Istilah fokus lebih
luas dan positif dibandingkan penggunaan istilah “Problem”
2.
Pernyataan fokus,
pada tingkat yang tinggi, adalah diagnosa keperawatan.
3.
Fokus dengan DAR
adalah fleksibel dan menyediakan kunci dan pedoman pencatatn diagnosa
keperawatan.
4.
Waktu lebih singkat
tanpa harus menuliskan pada beberapa bagian dengan format.
5.
Sistem ini mudah
digunakan dan dimengerti oleh tenaga kesehatan lainnya.
Kerugian :
1.
Penggunaan
pencatatan action dapat membingungkan., khususnya tindakan yang akan atau yang
telah dilaksanakan.
2.
Penggunaan fokus
pada kolom tidak konsisiten dengan istilah pada rencana tindakn keperawatan. (Olfah,
2016)
3.
Teknik Pencatatan Dokumentasi Keperawatan
Menurut Zaidin Ali dalam buku Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan, terdapat
2 jenis teknik pencatatn yang dipakai yaitu :
a.
Teknik Pencatatan Secara Naratif
Merupakan teknik pencatatn yang ditulis dalam bentuk
cerita atau narasi. Terdiri dari kalimat yang tersusun secara logis dan
kronologis. Ada alur kisah dan ditulis seperti sedang menceritakan sebuah
cerita kepada khalayak. Penulis catatan adalah masing – masing anggota tim
kesehatan yang memiliki tanggung jawab untuk mengumpulkan data atau informasi.
Petugas yang melakukan pencatatn dalam bentuk narasi
harus menjelaskan seluruh hasil observasi, berbagai aktivitas, serta hasil dari
seluruh evaluasi yang dilakukan. Laporan yang ditulis secara kronologis,
berdasarkan urutan waktu pelaksanaan, harus memerhatikan berbagai unsur
mengenai siapa yang mencatat, mengapa harus dicatat, di mana serta kapan
informasi ini didokumentasikan. 5W1H harus terpenuhi.
Bentuk pencatatan naratif memiliki sifat terbuka, oleh
karena itu bentuk ini dapat digunakan pada beberapa kondisi, seperti misalnya
perawatan pasien dengan anestesi ataupun dengan sistem rawat jalan.
Keuntungan :
1.
Karena
pencatatannya dibuat secara kronologis, maka hal ini akan sangat menguntungkan
bagi perawat dan pasien itu sendiri, sehingga kedua pihak dapat mengetahui
seluruh proses keperawatan secara runtut. Bentuk pencatatan yang kronologis pun
akan membantu proses interprestasi seluruh rangkaian kejaidan yang dialami oleh
pasien.
2.
Bentuk pencatatan
yang naratif ini memberikan ruang bagi perawat untuk memilih alur proses
keperawatan yang bisa ia tangani.
3.
Pencatatan bentuk
naratif memiliki format yang sederhana. Dalam format ini ada catatn tentang
masalah, kejadian, berbagai perubahan, berbagai intervensi, serta berbagai
respon dari pasien ataupun tujuan dari pasien dalam seluruh proses keperawatan.
Kerugian bagi pasien atau petugas keperawatan :
1.
Berbagai data dalam
bentuk pencatatn naratif ini sangat mungkin di duplikai.
2.
Terkadang
pencatatan dalam bentuk naratif membuat tulisan semakin mluas. Para petugas
yang menulis seringkali lupa pada porsi yang seharusnya ia tulis.
3.
Catatan yang
ditulis atau dijelaskan secara kronologis, seringkali membuat proses
penginterprestasian menjadi lebih sulit. Terjadi karena terkadang berbagai
informasi atau data seringkali tidak ditulis ditempat yang sama.
4.
Untuk melakukan
pencatatan secara naratif, para petugas pencatatan yang bertugas saat itu,
membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menelusuri keadaan perkembangan
paisen atau klien dalam proses penyembuhan yang menjadi tujuan utama, dari
seluruh proses kperawatan.
5.
Teknik pencatatan
dalam bentuk naratif memerlukan berbagai pemasukan data dari berbagai teknik
penulisan yang sudah ada. Hal ini dilakukan untuk menentukan kondisi terakhir
kesehatan klien atau pasien secara klinis.
b.
Teknik pencatatan dengan flow sheetdancheck list
Bentuk pencatatan dengan flow sheet dan check list adalah
teknik pendokumentasian yang memerhatikan berbagai perkembangan pasien secara
aktual dan berkelanjutan. Bentuk pencatatan ini dirancang untuk memperoleh
berbagai informasi tentang pasien atu klien yang lebih spesifik. Informasi yang
didapatkan akan tergantung pada parameter atau ukuran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Teknik pencatatan flow sheet sering disebut sebagau
catatan perkembangan ringkas atau singkat. Contoh bentuk pendokumentasian
sebagai berikut :
1.
Activity Daily
Living (ADL)
2.
Tanda-tanda vital
3.
Keseimbangan cairan
(asupan-haluaran)
4.
Hasil laboratorium
5.
Tinjauan sistem
tubuh
6.
Nutrisi
7.
Pengkajian kulit
Keuntungan :
1.
Meningkatnya
kualitas observasi yang dilakukan oleh para tenaga keperawatan
2.
Dokumen keperawatan
akan mudah dipahami dan dibacaoleh tim lain
3.
Proses
pendokumentasian lebih cepat dan efisien
4.
Sumber data dan
informasi tentang klien semakin kaya
5.
Perbandingan data
semakin dapat ditingkatkan dari periode ke periode.
6.
Informasi serta
data dicatat dengan tepat dan sesuai sasaran.
Kerugian :
1. Sangat mungkin terjadi
proses duplikasi atau pengulangan dalam proses pendokumentasiannya.
2. Kolom yang kosong
serta sempit dalam flow sheet yang diperuntukan bagi catatan yang komprehensif,
biasanya tidak cukup untuk menulis catatan.
4.
Pengertian Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar dokumentasi adalah pernyataan kualitas dan kuantitas dokumentasi
dipertimbangkan secara baik untuk memperkuat pada pencatatan dan sebagai
petunjuk atau pedoman pendokumentasian dalam tindakan keperawatan. (Olfah,
2016)
5.
Standar dokumentasi keperawatan di Indonesia
Menurut Sugiyati (2014) dalam buku Nursalam
(2008) menyebutkan bahwa instrument studi dokumentasi penerapan standar asuhan
keperawatan di rumah sakit menggunakan instrument A dari DEPKES (1995) yang
meliputi :
Standar I
(Pengkajian Keperawatan)
Standar II
(Diagnosa Keperawatan)
Standar III
(Perencanaan Keperawatan)
Standar IV
(Implementasi Keperawatan)
Standar V
(Evaluasi Keperawatan)
Standar VI
(Catatan Asuhan Keperawatan)
DAFTAR PUSTAKA
Olfah,
Yustiana. 2016. Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Prabowo,
Tri. 2019. Dokumentasi Keperawatan.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Sugiyarti,
S. 2014. HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DALAM DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN
PELAKSANAANYA DI RAWAT INAP RSI KENDAL. In PROSIDING
SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL (vol.2, no. 1).
Komentar
Posting Komentar